Satu pertanyaan bisa muncul, mengapa gereja kita masih seringkali mengalami defisit untuk kebutuhan rutinitas dan kekurangan dana untuk pembangunan?
Mungkin
ada yang menjawab, ya salahnya sendiri, mengapa tahu uang sudah kurang,
kok boros-borosan membuat rencana anggaran, sudah tahu tidak ada dana
kok masih mau merenovasi gedung. Bukankah Tuhan Yesus berkata, bahwa
bila seseorang mau merencanakan membangun menara, harus hitung-hitung
dulu berapa biayanya, kuatkah ia menanggung biaya pembangunan itu. Bila
tidak ada modal yang cukup, ya dibatalkan saja.
Sebab
siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu?
Supaya
jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya,
jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (Luk 14:28-30)
Benarkah gereja (ekklesia:
kumpulan oarng-orang percaya) kita memang benar-benar kekurangan dana?
Atau kita yang kurang tergerak untuk mengumpulkan dana? Mungkin juga ada
yang menjawab, saya bosan dengan urusan uang di gereja ini, karena
berulang-ulang menagih jemaat untuk komitmen memberi persembahan.
Memang
semua jawaban di atas ada benarnya, namun mari kita melihat beberapa
prinsip Alkitab dalam memberi persembahan untuk kebutuhan rumah Tuhan:
1. Pemberian adalah suatu ungkapan syukur atas anugerah Allah yang amat sangat luar biasa yang telah kita terima dengan cuma-cuma (gratis).
2. Alkitab mengajar kita untuk memberi yang terbaik
kepada Tuhan karena kesadaran, bahwa Tuhan sudah memberi yang terbaik
kepada kita, yaitu KESELAMATAN YANG SEJATI DALAM KRISTUS YESUS, bukan
karena Tuhan yang butuh uang kita atau pada saat gereja mengalami
defisit lalu kita yang berjasa menutup kekurangan itu.
3. Memberi untuk pekerjaan Tuhan adalah privilege
(hak istimewa dan penghargaan) yang Tuhan mau beri pada kita semua
sebagai kesempatan untuk diikut sertakan dalam karyaNya yang agung dan
mulia. Jadi bukan Tuhan yang butuh dan mengemis-ngemis kepada kita,
tetapi kita yang sungguh merasakan anugerah Tuhan bila diikut sertakan
dalam rencana kekalNya.
4. Pembangunan
Rumah Tuhan memang bisa terjadi terlalu besar biayanya, melampaui
kemampuan jemaat, tetapi bisa juga karena jemaat yang kurang peduli sehingga bukan memberi yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan.
Bangsa Israel ditegur oleh Allah, karena hanya peduli dengan urusannya sehari-hari untuk keperluan pribadi dan rumahnya sendiri, tapi tidak mempedulikan pembangunan rumah Tuhan.
"Apakah
sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang
dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?
Kamu
mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu
membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah
firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi
reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya
sendiri. (Hag 1:4, 9)
5. Pemberian untuk Rumah Tuhan adalah wujud yang menggambarkan suatu persembahan seluruh hidup bagi Tuhan.
Maka
dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada
semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab
mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya (Mark 12:43-44)
6. Tuhan adalah Tuhan yang peduli dan menjamin sepenuhnya hidup orang yang percaya kepadaNya
Bawalah
seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan,
supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN
semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit
dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan (Mal 3:10)
Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di
sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Mat 6:26)
Kiranya
pemaparan ini menjadi bahan renungan bagi kita semua, untuk
mengevaluasi, seberapa jauh saya sudah belajar memberi yang terbaik bagi
pekerjaan Tuhan.
Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th.
END-GOD BLESS YOU
Copy paste by: http://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=14:memberi-yang-terbaik&catid=5:renungan&Itemid=14